oleh : Sheikh Jum'ah Amin Abdul Aziz petikan dalam
buku : ad-Dakwah : Qawaa'id wal Ushuul
al-Quran telah bersikap tegas dan keras kepada
orang-orang yang pandai memberi nasihat kepada
manusia, tetapi tidak mahu mengambil nasihat.
Mereka mencegah manusia tetapi diri mereka sendiri
terlupakan. Allah berfirman :
"Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan)
kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu
sendiri, padahal kamu membaca kitab ? Maka
tidakkah kamu berfikir ? (al-Baqarah : 44)
Sayyid Qutub dalam Fi Dzilal lil Quran mengatakan
"Sesungguhnya bahaya rijalluddin adalah ketika
agama telah menjadi profesion, agama bukan lagi
sebagai aqidah yang diberi perhatian yang mampu
mengerakkan. Mereka berbicara dengan mulut mereka
sesuatu yang tidak ada di dalam hati mereka.
Mereka memerintah manusia berbuat kebaikan, tetapi
mereka sendiri tidak melakukannya. Mereka mencegah
kemungkaran, sedangkan mereka sendiri
mengabaikannya. Mereka mengubah kalam Allah dari
makna yang semestinya, dan menakwilkan nash-nash
yang qath'i untuk memperturutkan hawa nafsu
mereka. Mereka memberikan fatwa-fatwa dan berbagai
penakwilan yang secara zahiriyyahnya bersesuaian
dengan zahirnya nash-nash itu, akan tetapi
hakikatnya berbeda dengan hakikat agama, untuk
memuaskan keinginan dan hawa nafsu orang-orang
yang memiliki harta dan kekuasaan, sebagaimana hal
ini sering dilakukan oleh pendeta yahudi"
Dakwah kearah kebaikan dan sekaligus pelanggaran
terhadap kebaikan yang ada dalam perilaku
sebahgian dari para da'i, adalah bahaya yang boleh
membuat orang ragu. Pengaruhnya bukan hanya pada
diri para pendakwah itu sendiri malah kesannya
juga terhadap dakwah secara keseluruhan. Itulah
yang menyebabkan hati dan pikiran manusia menjadi
binggung, kerana mereka mendengar perkataan yang
indah, tetapi pada saat yang sama menyaksikan
perbatan yang tercela. Mereka dibinggungkan oleh
ketidaksesuaian antara perkataan dengan perbuatan.
Luapan semangat mereka yang telah diluapkan oleh
aqidah perlahan-lahan mulai mengendur. Cahaya iman
yang ada dalam hati mereka pun padam. Ahkirnya
mereka tidak percaya kepada agama ini, setelah
mereka tidak percaya kepada para pendakwahnya.
Sesungguhnya kata-kata para pendakwah seperti ini
akan muncul tanpa ruh dan sampai ke telinga
manusia tanpa mempunyai pengaruh. Betapapun
kata-kata itu berirama, tertata rapi, disampaikan
dengan penuh semangat, tetapi kerana tidak muncul
dari hati yang beriman dengan kata-kata itu
sendiri, maka manusia pun tidak akan mau beriman
terhadap apa yang mereka sampaikan. Kecuali
apabila dia menjadi cermin yang hidup dari apa
yang keluar dari mulut mereka dan tampil sebagai
sosok yang nyata dari apa yang diucapkan. Ketika
itulah maka manusia akan percaya, walaupun
penyampaiannya tanpa irama dan kurang menarik.
Sesungguhnya kata-kata itu mempunyai kekuatan
dengan kenyataan yang dipraktiskan. Bukan dari
keindahan susunannya. Sesungguhnya kata-kata itu
akan menjadi ruh bagi kehidupan.
Tidak mungkin seorang pendakwah itu menjadi qudwah
dan uswah dari apa yang ia sampaikan, dan tidak
mungkin seorang pendakwah itu menjadi al-Quran
yang berjalan kecuali apabila ia mempereratkan
hubungan dengan Allah dan memohon pertolongan
kepadanya. Ungkapan "hanya kepadaMu ku sembah dan
hanya kepadaMu aku memohon pertolongan" adalah
sebagai pegaangan dan pelita hidup. Ketika itulah
maka Allah akan memberinya petunjuk ke jalan yang
benar dan menolongnya menuju jalan yang lurus.
Sehingga manusia melihat bukti dari apa yang ia
katakan. Kemudian dengan demikian Allah membuka
hati yang tertutup, mata yang buta serta telingan
yang tuli.
Ali karamaLlahu wajhah berkata "Dua orang yang
telah mematahkan tulang
punggungku; seorang alim yang berbuat maksiat dan
seorang jahil yang
beribadah".
"Sesungguhnya orang yang mendakwahi orang lain
kearah petunjuk, sementara ia tidak mengamalkannya
itu seperti lilin yang menerangi manusia, tetapi
dia sendiri terbakar" (at-Tabrani)
Seorang penyair berkata :
Wahai orang yang mengajar orang lain.. Perhatikan
dirimu.kerana ia merupakan pengajaran.. engkau
memberi obat kepada orang yang sakit agar dia
menjadi sihat. sementara engkau sendiri sakit
kerana itu, mulailah dengan dirimu.. Cegahlah ia
dari penyimpangan kerana apabila ia berhenti dari
penyimpangan maka bererti kamu orang yang
bijaksana di sana akan diterima jika kamu memberi
nasihat, akan diikuti dengan pendapat darimu,
serta bermanfaat pengajaranmu Abu Athiyah berkata,
"Engkau berbicara tentang ketaqwaan, hingga seakan
engkau orang yang bertaqwa, sementara angin
kesalahan dari bajumu nampak berkilau"
Oleh kerana itu menjadi keharusan dari setiap
pendakwah untuk menampilkan setiap permasaalahan
yang hendak disampaikan dalam dakwah melalui
ucapan dan perbuatan. Tidak membuat pemisahan
antara keduanya. Mereka jujur terhadap diri mereka
sendiri sebagai individu, di rumah mereka sebagai
suami dan bapak bagi anak-anaknya, dan di tengah
masyarakat sebagai anggotanya.
Ali ra berkata, "Barangsiapa yang meletakkan
dirinya sebagai pemimpin, maka hendaklah dia mulai
mengajari dirinya sebelum mengajari orang lain.
Dan hendaklah ia membersihkan langkah kehidupannya
sebelum membersihkan lisannya. Kerana orang yang
mengajari dan membersihkan dirinya itu lebih
berhak dimuliakan dari orang yang mengajari
manusia dan membersihkan mereka"
Para pendakwah yang mengatakan sesuatu yang tidak
mereka perbuat, memberi nasihat tetapi tidak
mengambil nasihat itu, memberi petunjuk tetapi ia
sendiri menghindari pentunjuk itu, tidak lain
melainkan memperoleh perlecehan dari manusia dan
murka Allah. Mereka merugi hidup di dunia dan
akhirat, dan itulah kerugian yang nyata.
Asy Sya'bi berkata, "akan nampak di hari kiamat
suatu kaum dari penghuni syurga atas penghuni
neraka. Maka penghuni syurga itu bertanya kepada
mereka "Apa yang menyebabkan kalian masuk neraka,
padahal yang menyebabkan kami masuk syurga ini
ialah berkat pendidikan dan pengajaran kamu ? Maka
mereka menjawab "Sesungguhnya kami dahulu
memerintahkan kamu berbuat baik, tetapi kami tidak
melaksanakannya. Dan kami juga melarang manusia
dari melakukan kemungkaran, tetapi kami
melakukannya"
Dari sinilah maka merupakan kewajiban bagi
pendakwah untuk bersungguh mengintrospeksi diri
sehingga dapat selalu istiqamah dalam taat di
jalan Allah.
BERHATI-HATILAH DARI MURKA ALLAH
Allah berfirman :
"Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu
mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat ? Amat
besar kebencian di sisi Allah bahawa kamu
mengatakan sesuatu yang tiada kamu kerjakan" (Ash
Shaf : 2-3)
Ibnu Katsir berkata, "Ini adalah pengingkaran atas
orang yang berjanji atau berkata sesuatu yang ia
tidak menepatinya. Dalam shahihain Nabi saw
bersabda, "Tanda orang munafik itu ada tiga ; bila
berjanji ia ingkari, bila berbicara ia berdusta
dan bila dipercaya ia khianat" Kemudian
pengingkaran ini diperkuat dengan firmanNya,
"Kabura maqtan indalLah" artinya perbuatan kamu
itu sangat membawa kemurkaan di sisi Allah jika
kamu berkata sesuatu kemudian kamu tidak
menepatinya.
Ibnu Abbas berkata, "Ada sebahgian dari
orang-orang yang beriman itu ketika jihad belum
diwajibkan berkata, "Kita senang jika Allah
menunjukkan kepada kita amal yang paling
dicintaiNya, sehingga kita mengamalkannya", maka
Allah memberi khabar kepada NabiNya bahawa amal
yang paling dicintaiNya ialah beriman kepada Allah
dengan tidak ada keraguan di dalamnya, kemudian
berjihad terhadap orang-orang yang bermaksiat
kepadaNya. Maka apabila turun perintah berjihad,
ada sebahgian oarng yang beriman yang tidak suka
dan merasa berat atas perintah itu, mak turunlah
ayat tersebut".
SEJENAK BERSAMA PERIBADI PENDAKWAH
Sesungguhnya sifat yang terpenting untuk dimiliki
oleh seorang pendakwah adalah siddiq dan
istiqamah. Sehingga apa yang nampak pada zahirnya
adalah seperti apa yang ada pada bathinnya.
Perbuatannya sejalan dengan perkataannya. Sifat
seperti ini amat ditekankan oleh al-Quran dan As
Sunnah yang suci.
Imam Ahmad dan Abu Daud meriwayatkan dari Abdullah
bin Amir bin Rabiah, ia berkata, "Telah datang
kepada kita Rasullulah saw dan aku masih kecil,
maka aku pergi keluar untuk bermain. Ibuku
berkata, Wahai Abdullah, kemarilah saya akan
memberikanmu sesuatu. Maka Rasullullah saw
bertanya, "Apakah yang hendak kau berikan padanya
? Ia berkata, "korma". Maka nabi saw bersabda,
"Ingatlah, sesungguhnya jika engkau tidak
melaksanakannya maka akan dicatat untukmu
kebohongan"
Seorang pendakwah hendaklah berterus terang
terhadap dirinya sendiri. Dia tidak menipu dirinya
dan tidak pula menipu manusia. Dan juga tidak
menunjuk-nunjuk dan bersikap munafik di hadapan
mereka. Dan hendaknya para pendakwah itu
mendengarkan apa yang pernah dikatakan oleh Ibnu
Sammak sebagai berikut :
"Banyak orang yang berzikir kepada Allah tetapi
hakikatnya ia melupakan Allah, banyak orang yang
kelihatannya takut kepada Allah tetapi sebenarnya
ia lancang di hadapan Allah, banyak orang yang
mendekatkan diri kepada Allah tetapi sebenarnya ia
lari dari Allah, dan banyak orang yang membaca
kitab Allah tetapi ia berlepas diri dari ayat-ayat
Allah"
Semestinya para pendakwah itu memahami firman
Allah :
"Tiada perbicaraan rahsia antara tiga orang,
melainkan Ia lah yang keempatnya. Dan tiada
(perbicaraan) antara lima orang, melainkan Ia lah
yang keenamnya. Dan tiadalah perbicaraan antara
jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak
melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun
mereka berada. Kemudian Ia akan menberitahu pada
hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu"
(al-Majadalah : 7)
Kesimpulannya, tanggung jawab pendakwah terhadap
masyarakatnya itu seharusnya tidak melupakan
tanggung jawab mereka terhadap diri mereka
sendiri. Kesibukan mereka untuk membaiki manusia
seharusnya tidak memalingkan dari membaiki keadaan
diri mereka sendiri. Kerana kewajiban mereka
adalah memenuhi tanggung jawab terhadap diri
mereka sendiri barulah terhadap masyarakatnya.
Sungguh Allah telah mencela kaum Yahudi yang telah
dimuliakan olehNya dalam Taurat. Mereka tidak
pandai memanfaatkanya dan tidak pula
mengamalkannya. Allah mengumpamakan mereka seperti
keldai yang memikul atau membawa kitab-kitab.
Allah berfirman : "Perumpamaan orang-orang yang
dipikulkan kepadanya taurat, kemudian mereka tidak
memikulnya (mengamalkannya dengan sebenar) adalah
seperti keldai yang membawa kitab-kitab"
(al-Jum'ah : 5)
Maksud ayat tersebut bahawa sesungguhnya
perumpamaan orang Yahudi yang diberi taurat dan
dibebani amal untuk dilaksanakan apa yang ada di
dalamnya, tetapi mereka tidak mahu mengamalkannya
dan tidak mahu mengambil manfaat dengan petunjuk
dan cahayanya, mereka itu seperti keldai yang
membawa kitab-kitab yang semestinya mengandung
manfaat yang besar, tetapi tidak memperoleh
manfaat apapun kecuali letih dan penat.
Imam al-Qurtubi berkata, "Allah telah menyamakan
mereka (orang Yahudi) dengan keldai, sementara itu
taurat ada di tangan mereka tetapi mereka tidak
mahu mengamalkannya. Mereka seperti keldai yang
membawa kitab-kitab dan mereka tidak memperolehi
apa-apa kecuali beratnya memikul tanpa faedah.
Mereka kelelahan membawanya, namun tidak dapat
memanfaatkan apa yang ada di dalamnya. Ayat ini
juga menyinggung kita kaum muslimin, jika kita
tidak mengamalkan al-Quran dan tidak mempraktikkan
apa yang ada di dalamnya".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar