Sabtu, 31 Maret 2012

Adab Anak Terhadap Ibu Dan Bapak.

Al-Imam Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali di dalam kitab Bidayatul Hidayah mengatakan ada sepuluh perkara adab anak terhadap ibu bapak, yaitu :

1. Mendengar dan patuh kepada perkataan ibu dan bapaknya, serta segala apa yang disuruh oleh ibu bapaknya wajib diterima dan haram ditolaknya, kecuali apa yang dilarang didalam agama maka harus dihindari dengan berbicara secara sopan santun kepadanya.

2. Berdiri jika ibu dan bapak berdiri karena mengtakzimkannya.

3. Jangan berjalan di hadapan ibu bapaknya.

4. Jangan meninggikan suara melebihi suara ibu dan bapaknya.

5. Apabila ibu dan bapak memanggil hendaklah dijawab dengan kalimat yang sopan, yang mengesankan penghormatan seperti : labbaik atau na'am, jika dengan bahasa arab.

6. Bersungguh-sungguh dalam menuntut keridhaan orang tua dengan perkataan atau perbuatan serta merendahkan diri.

7. Berbuat kebajikanlah kepada ibu dan bapak dengan pekerjaan atau ucapan.

8. Jangan memandang kepada ibu dan bapak dengan pandangan yang menyakitkan atau membikin mereka marah.

9. Jangan bermuka masam di hadapan kedua orang tua karena akan membuat keduanya marah.

10. Jangan pergi sebelum mendapat izin dari keduanya kecuali jika berpergiannya untuk berangkat haji yang fardhu ain, maka tidak usah untuk minta izin, tetapi sunnat belaka (disunnat untuk minta izin). Apabila menjalankan haji sunnat (haji ke 2, 3, dst) maka harus minta izin kepada keduanya, demikian juga pergi untuk berziarah ke makam anbiya', aulia atau untuk menuntul ilmu.

Adab Berteman.

Al-Imam Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali di dalam kitab Bidayatul Hidayah mengatakan ada dua puluh tiga perkara adab seorang yang bersahabat dengan temannya, yaitu :

1. Mendahulukan teman dengan memberi harta (membantu uang), sekalipun kita sangat membutuhkannya.

2. Bila tidak mampu berbuat demikian, berikan sesuatu yang lebih dari kebutuhan diri bila temannya berkehendak.

3. Memberikan pertolongan secepat mungkin kepada teman untuk mencapai tujuannya, walaupun teman tidak minta tolong.

4. Menutup rahasianya.

5. Menutup aib temannya.

6. Bila ada orang yang mengatakan aib temannya, jangan di dengar.

7. Apabila mendengar orang memuji teman atau mendengar sesuatu yang menyenangkannya, sampaikanlah hal itu padanya.

8. Apabila si teman memberi kabar, dengarkanlah dengan sungguh-sungguh.

9. Jangan suka berdebat.

10. Panggilah nama temanmu dengan nama kesenangannya.

11. Apabila teman berbuat baik, bersyukurlah dan berterima kasih.

12. Melarang orang yang mencela teman yang tidak ada (ghibah).

13. Memberi nasehat kepada teman dengan lemah lembut.

14. Memaafkan kesalahan teman.

15. Mendo'akan kepada teman waktu shalat baik masih hidup atau sudah meninggal.

16. Hendaklah berbuat baik kepada keluarga teman.

17. Jangan membebani teman untuk melaksanakan suatu hajat agar senang hatinya.

18. Menyatakan gembira atas keberhasilan teman dan sedih atas musibahnya.

19. Memberi salam ketika bertemu dengan teman.

20. Bila teman datang di suatu majelis, berilah tempat yang luas untuknya.

21. Antarkan bila teman bangkit.

22. Diamlah bila teman berkata.

23. Tidak mencampuri perkataanya.

Dari segala adab ini bahwa hendaklah seseorang melakukan untuk temannya dengan perbuatan yang menggembirakan, jangan sampai berbuat sesuatu yang mereka benci.

Apabila engkau menginginkan agar temanmu akrab dalam menuntut ilmu, pekerjaan, agama dan duniamu dan waktu musafirmu, peliharalah lima perkara sebagai berikut :

Pertama, orang yang berakal tidak dapat berteman dengan orang yang kurang akalnya, karena akan terjadi pertengkaran dan sakit hati, musuh yang berakal lebih baik daripada teman yang tidak punya akal.

Kedua, orang yang baik kelakuan dan perangainya, jangan berteman dengan orang yang jahat, yaitu orang yang tidak dapat mengendalikan marah dan hawa nafsu. Al-Qomah Al-Atharidi berwasiat kepada kepada anaknya : Wahai anakku, bila engkau berteman pilihlah teman yang bila engkau berkhidmat kepadanya akan menghargaimu, jika engkau berteman kepadanya akan memperbaikimu, jika engkau membutuhkan biaya dia akan mau membiayaimu, temanilah orang yang bila engkau mengulurkan tangan untuk kebaikan, dia akan memberikan bantuan, apabila engkau memberi kebajikan kepadanya dia akan membalas, jila dia melihat kebaikanmu, akan mengenang, jika melihat kejelekanmu, ia akan menutupi, bila engkau berkata (benar) dia membenarkan, jika engkau memerintah (kebaikan), dia akan taat, bila engkau berselisih tentang sesuatu, dia mendahulukannu. Jadi prinsip persahabatan kita mesti memberi kepada teman tanpa mengharap balasan, tapi ikhlas karena Allah.

Ketiga, bertemanlah dengan orang shaleh, jangan berteman dengan orang yang fasiq yang selalu mengerjakan dosa besar atau kecil, orang yang takut kepada Allah tidak akan berbuat dosa terus menerus, barangsiapa tidak takut kepada Allah, tidak dapat dipercaya.

Keempat, jangan berteman dengan orang yang sangat cinta kepada dunia, berteman dengan orang seperti ini akan merusak diri, karena watak itu akan mengikuti watak teman, berteman dengan orang yang gemar dunia akan gemar juga, sangat gemar dunia itu pangkal segala kejahatan. Nabi Muhammad saww. bersabda :

حب الدنيا رأس كل خطيئة

Hubbud-dunyaa ro-su kulli khothii-atin.

Artinya : Cinta kepada dunia pangkal segala kesalahan.

Kelima, hendaklah berteman dengan orang yang jujur dan jangan berteman dengan pendusta, karena dia tidak dapat dipercaya baik dalam agama maupun dunianya, kelak agamau akan binasa.

Jumat, 30 Maret 2012

Inilah yang terjadi pada Tubuh Anda saat Meninggal


Inilah yang terjadi pada Tubuh Anda saat Meninggal! 0 Menit Kematian secara medis terjadi ketika otak kehabisan supply oksigen. 1 Menit Darah berubah warna dan otot kehilangan kontraksi, isi kantung kemih keluar tanpa izin. 3 Menit Sel-sel otak tewas secara masal. Saat ini otak benar-benar berhenti berpikir. 4 – ...5 Menit Pupil mata membesar dan berselaput. Bola mata mengkerut karena kehilangan tekanan darah. 7 – 9 Menit Penghubung ke otak mulai mati. 1 – 4 Jam Rigor Mortis (fase di mana keseluruhan otot di tubuh menjadi kaku) membuat otot kaku dan rambut berdiri, kesannya rambut tetap tumbuh setelah mati. 4 – 6 Jam Rigor Mortis Terus beraksi. Darah yang berkumpul lalu mati dan warna kulit menghitam. 6 Jam Otot masih berkontraksi. Proses penghancuran, seperti efek alkohol masih berjalan. 8 Jam Suhu tubuh langsung menurun drastis. 24 – 72 Jam Isi perut membusuk oleh mikroba dan pankreas mulai mencerna dirinya sendiri. 36 – 48 Jam Rigor Mortis berhenti, tubuh anda selentur penari balerina. 3 – 5 Hari Pembusukan mengakibatkan luka skala besar, darah menetes keluar dari mulut dan hidung. 8 – 10 Hari Warna tubuh berubah dari hijau ke merah sejalan dengan membusuknya darah. Beberapa Minggu Rambut, kuku dan gigi dengan mudahnya terlepas. Satu Bulan Kulit Anda mulai mencair. Satu Tahun Tidak ada lagi yang tersisa dari tubuh Anda. Anda yang sewaktu hidupnya cantik, gagah, ganteng, kaya dan berkuasa, sekarang hanyalah tumpukan tulang-belulang yang menyedihkan. Ini adalah proses kematian yang alami tanpa siksa kubur. Dengan siksa kubur lain lagi ceritanya. Kalau tidak bertobat dari sekarang dan terus sibuk dengan urusan dunia ….!!!!!!!! Apa yang akan kita bawa ke liang kubur??? Di sana tidak ada siapa-siapa kecuali kita sendiri. Masih mau terus berlena-lena dan melalaikan ibadah ??? Sumber : http://expert-168.blogspot.com/ Hak Cipta Milik Allah Swt :)

* April Mop: Hari Dimana Umat Islam Dibantai ???





Bismillah..

Maret akan segera usai. Bulan April menjelang. Ada suatu kebiasaan jahiliah yang patut kita waspadai bersama sebagai seorang Muslim; 1 April sebagai hari April Mop. April Mop sendiri adalah hari di mana orang-orang diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain. Tapi tahukah Anda apakah April Mop itu sebenarnya?

Sejarah April Mop
Sebenarnya, April Mop adalah sebuah perayaan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara salib yang dilakukan lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekadar hiburan atau keisengan belaka.

Biasanya orang akan menjawab bahwa April Mop —yang hanya berlaku pada tanggal 1 April—adalah hari di mana kita boleh dan sah-sah saja menipu teman, orangtua, saudara, atau lainnya, dan sang target tidak boleh marah atau emosi ketika sadar bahwa dirinya telah menjadi sasaran April Mop. Biasanya sang target, jika sudah sadar kena April Mop, maka dirinya juga akan tertawa atau minimal mengumpat sebal, tentu saja bukan marah sungguhan.

Walaupun belum sepopuler perayaan tahun baru atau Valentine's Day, budaya April Mop dalam dua dekade terakhir memperlihatkan kecenderungan yang makin akrab di masyarakat perkotaan kita. Terutama di kalangan anak muda. Bukan mustahil pula, ke depan juga akan meluas ke masyarakat yang tinggal di pedesaan. Ironisnya, masyarakat dengan mudah meniru kebudayaan Barat ini tanpa mengkritisinya terlebih dahulu, apakah budaya itu baik atau tidak, bermanfaat atau sebaliknya.

Perayaan April Mop berawal dari suatu tragedi besar yang sangat menyedihkan dan memilukan? April Mop, atau The April's Fool Day, berawal dari satu episode sejarah Muslim Spanyol di tahun 1487 M, atau bertepatan dengan 892 H.

Sejak dibebaskan Islam pada abad ke-8 M oleh Panglima Thariq bin Ziyad, Spanyol berangsur-angsur tumbuh menjadi satu negeri yang makmur. Pasukan Islam tidak saja berhenti di Spanyol, namun terus melakukan pembebasan di negeri-negeri sekitar menuju Perancis. Perancis Selatan dengan mudah dibebaskan. Kota Carcassone, Nimes, Bordeaux, Lyon, Poitou, Tours, dan sebagainya jatuh. Walaupun sangat kuat, pasukan Islam masih memberikan toleransi kepada suku Goth dan Navaro di daerah sebelah barat yang berupa pegunungan. Islam telah menerangi Spanyol.

Karena sikap para penguasa Islam yang begitu baik dan rendah hati, banyak orang-orang Spanyol yang kemudian dengan tulus dan ikhlas memeluk Islam. Muslim Spanyol bukan saja beragama Islam, namun sungguh-sungguh mempraktikkan kehidupan secara Islami. Tidak saja membaca Al-Qur'an, namun bertingkah-laku berdasarkan Al-Qur'an. Mereka selalu berkata tidak untuk musik, bir, pergaulan bebas, dan segala hal yang dilarang Islam. Keadaan tenteram seperti itu berlangsung hampir enam abad lamanya.

Selama itu pula kaum kafir yang masih ada di sekeliling Spanyol tanpa kenal lelah terus berupaya membersihkan Islam dari Spanyol, namun selalu gagal. Maka dikirimlah sejumlah mata-mata untuk mempelajari kelemahan umat Islam Spanyol. Akhirnya mereka menemukan cara untuk menaklukkan Islam, yakni dengan pertama-tama melemahkan iman mereka melalui jalan serangan pemikiran dan budaya. Maka mulailah secara diam-diam mereka mengirimkan alkohol dan rokok secara gratis ke dalam wilayah Spanyol. Musik diperdengarkan untuk membujuk kaum mudanya agar lebih suka bernyanyi dan menari daripada membaca Al Qur'an. Mereka juga mengirimkan sejumlah ulama palsu untuk meniup-niupkan perpecahan ke dalam tubuh umat Islam Spanyol. Lama-kelamaan upaya ini membuahkan hasil.

Akhirnya Spanyol jatuh dan bisa dikuasai pasukan salib. Penyerangan oleh pasukan salib benar-benar dilakukan dengan kejam tanpa mengenal peri kemanusiaan. Tidak hanya pasukan Islam yang dibantai, tetapi juga penduduk sipil, wanita, anak-anak kecil, orang-orang tua. Satu-persatu daerah di Spanyol jatuh.

Granada adalah daerah terakhir yang ditaklukkan. Penduduk-penduduk Islam di Spanyol (juga disebut orang Moor) terpaksa berlindung di dalam rumah untuk menyelamatkan diri. Tentara-tentara salib terus mengejar mereka. Ketika jalan-jalan sudah sepi, tinggal menyisakan ribuan mayat yang bergelimpangan bermandikan genangan darah, tentara salib mengetahui bahwa banyak muslim Granada yang masih bersembunyi di rumah-rumah. Dengan lantang tentara salib itu meneriakkan pengumuman, bahwa para Muslim Granada bisa keluar dari rumah dengan aman dan diperbolehkan berlayar keluar Spanyol dengan membawa barang-barang keperluan mereka.

Orang-orang Islam masih curiga dengan tawaran ini. Namun beberapa dari orang Muslim diperbolehkan melihat sendiri kapal-kapal penumpang yang sudah dipersiapkan di pelabuhan. Setelah benar-benar melihat ada kapal yang sudah disediakan, mereka pun segera bersiap untuk meninggalkan Granada dan berlayar meninggalkan Spanyol.

Keesokan harinya, ribuan penduduk muslim Granada keluar dari rumah-rumah mereka dengan membawa seluruh barang-barang keperluan, beriringan berjalan menuju ke pelabuhan. Beberapa orang Islam yang tidak mempercayai pasukan salib, memilih bertahan dan terus bersembunyi di rumah-rumah mereka. Setelah ribuan umat Islam Spanyol berkumpul di pelabuhan, dengan cepat tentara salib menggeledah rumah-rumah yang telah ditinggalkan penghuninya. Lidah api terlihat menjilat-jilat angkasa ketika mereka membakari rumah-rumah tersebut bersama dengan orang-orang Islam yang masih bertahan di dalam.

Sedang ribuan umat Islam yang tertahan di pelabuhan, hanya bisa terpana ketika tentara salib juga membakari kapal-kapal yang dikatakan akan mengangkut mereka keluar dari Spanyol. Kapal-kapal itu dengan cepat tenggelam. Ribuan umat Islam tidak bisa berbuat apa-apa karena sama sekali tidak bersenjata. Mereka juga kebanyakan terdiri dari para perempuan dengan anak-anaknya yang masih kecil-kecil. Sedang para tentara salib telah mengepung mereka dengan pedang terhunus. Dengan satu teriakan dari pemimpinnya, ribuan tentara salib segera membantai umat Islam Spanyol tanpa rasa belas kasihan. Jerit tangis dan takbir membahana. Seluruh Muslim Spanyol di pelabuhan itu habis dibunuh dengan kejam. Darah menggenang di mana-mana. Laut yang biru telah berubah menjadi merah kehitam-hitaman.

Tragedi ini bertepatan dengan tanggal 1 April. Inilah yang kemudian diperingati oleh dunia kristen setiap tanggal 1 April sebagai April Mop (The April's Fool Day). Pada tanggal 1 April, orang-orang diperbolehkan menipu dan berbohong kepada orang lain. Bagi umat kristiani, April Mop merupakan hari kemenangan atas dibunuhnya ribuan umat Islam Spanyol oleh tentara salib lewat cara-cara penipuan. Sebab itulah, mereka merayakan April Mop dengan cara melegalkan penipuan dan kebohongan walau dibungkus dengan dalih sekedar hiburan atau keisengan belaka.

Bagi umat Islam, April Mop tentu merupakan tragedi yang sangat menyedihkan. Hari di mana ribuan saudara-saudaranya se-iman disembelih dan dibantai oleh tentara salib di Granada, Spanyol.

Sebab itu, adalah sangat tidak pantas juga ada orang Islam yang ikut-ikutan merayakan tradisi ini. Siapapun orang Islam yang turut merayakan April Mop, maka ia sesungguhnya tengah merayakan ulang tahun pembunuhan massal ribuan saudara-saudaranya di Granada, Spanyol, 5 abad silam. Jadi, perhatikan sekeliling Anda, anak Anda, atau Anda sendiri, mungkin terkena bungkus jahil April Mop tanpa kita sadari. (sa/berbagaisumber)

Sabtu, 24 Maret 2012

Peta Hidup Manusia


Peta ini di kongsi hasil daripada kajian daripada dauroh Ikhwan dan Akhawat kita baru-baru ini. Ia menggambarkan perjalanan kita sebagai seorang manusia daripada alam roh hingga ke alam mahsyar. Secara ringkas,
  1. lihat dan renungkan apakah persamaan permulaan dan pengakhiran kehidupan kita ?
  2. kaji apakah kepentingan tempoh di tengah-tengah perjalanan kita

  1. bismillah,
    BERARA BANYAK PETA YANG KITA ADA? HIDUP MANUSIA ADA MULA TETAPI TIADA PENGHUJUNG. ALLAH TIADA MULA DAN TIADA PENGHUJUNGNYA. BERAPA BANYAK PENGALAMAN YANG TELAH DI KUTIP. SENANG SAHAJA, KEMATIAN YG PELBAGAI CARA ITU PUN MERUPAKAN PENGALAMAN MASING MASING HATTA IA SEORANG WALI. MRK MASIH MEMPUNYAI KITARAN YANG SAMA SEPERTI SEMUA, MUSLIM OR NON MUSLIM.
    persoalannya, adakah kita membawa dan membina kehidupan bersama roh ketika di dunia. mungkin dalam solat kita tidak membawa roh bersama sembahyang. ya, kita mengucap sendirian lahiriah shj. maka berkatalah roh kenapa aku tidak di bawa mengucap sekali semasa dikau sembahyang. tidak kah kita tidak berlaku adil? masa kita bekerja kita tidak bawa dia bersama bekerja. maanusia yang ingat ingatlah akan dia. mana yang tidak tidak lah di bawanya. adakah kita ingat dunia dengan mengingati syuga dan neraka? takut ia merupakan penghalang kepada diri dan ruh seseorang. sesungguh takut tidak menjanjikan apa apa kemenangan baik kepada kehidupan dinia mahupun syurga. kerna Allah maha menyaksi.
    Al fatihah shj merupakan kunci dan gedung kepada keimanan. dari ayat pertama sehingga ayat tujuh. setiap hari di baca. tetapi adakah kita mengikuti keperluannya dalam tingkah laku dan roh setiap hari. namakan shj, adakah kita selesa bila terlepas niat bila nak mula berbuat sesuatu. adakah kita masih selesa bila nikmat yang diberkan kepada mereka bukan kpd mereka yang enakau murka dan bukan mereka yang sesat.????
    Keberanian yang tidak menjadi nikmat juga merupakan sesuatu yang tidak selesa kepada sesiapa jua. Kebiasaannya manusia merupa dan menturuti keperluan lahiriah dan sainsnya shj. Jika sudah di ulang beribu kali al fatihah dalam kehidupan sembahyang mahupun tidak adakah al fatihah tadak memberi sumbangan terbesar utk berdaya maju. apakah objektif kehiudupan yang allah berikan tidak sama dengan objektif kehidupan sekular? kita sudah berada pada zaman yang mentediakan pelbagai cabaran dalaman dan luaran. Adakah kita perlu menangani cabaran dengan kesedihan yang boleh merentap jiwa dan roh? kesedihan, ketakutan, keraguan boleh meragut kekuatan al fatihah dalam kehidupan harian. al fatihah merupakan sesuatu yang hidup tetapi lahirah manusia tidak lemah fisiologinya. umumnya, lain orang nampak nampak kenegatifan kita. Muhammmad tidak pernah dipandang jengkel dan tiada siapa dapat menduga kekuatan nya. sentiasa di takuti dan di geruni walaupun luaran, lahiriahnya lembut, sopan dan penuh tertib.
    kadang kadang kita sendiri yang mencipta kemelut dan salah tanggapan sedemikian. Untuk mem,betulkan salah tanggapan, nau zubillah teramat susah. Susah untuk keluar daripadanya. Sehingga membawa padah. Definasi kemelut sedemikian mempunyai parameter sebab musabab yang tersangat luas. perlu di teliti sebaik mungkin.
    MAKA PERJALANAN MANUSIA YANG SETAKAT KITA PAHAM DAN TIDAK MELALUINYA, TIDAK MERASAI SUSAH SENANG NYA IBARAT TAK ADA APA APA. SAMBIL BUAT, SAMBIL AMAL KETIKA ITU BELAJAR DAN BERUSAHA. SAMA JUA, SAMBIL BELAJAR KITA BUAT DAN AMALKAN DAN KETIKA ITU KETIKANYA KITA MEMPEMPERBAIKI. SEKULARISMA, BELAJAR DULLU TETAPI SETETELAH TAMAT BELUM TENTU KITA MENGAPLIKASIKANNYA. SAMA JUA, KITA BELAJAR DENGAN P’ KIYAI BILA TAMAT KITA DI PAKSA MENGAMALKANNYA SUPAYA LEBIH BERMAKNA. KITA SENDIRI YANG MEMBINA THE IMPORTANT AREA IN LIFE. THE IMPORTANT AREA TO ALLAH ARE IMAN, BERKAT, IKHLAS DAN BENAR. HANYA MEREKA YANG BENAR BENAR MELALUI IHKLAS DAN BENAR YG TAHU BETAPA PERIT DAN GETIRNYA. SELAGI TAK LALU, MAKA TAK DE LAH PENGALAMAN TU.
    KITA HANYA DENGAR KEAJAIBAN DAN KEJUTAN SAHAJA YG KITA RASA DAH CUKUP UTK MEMATANGKAN PROSES PETA KEHIDUPAN.

Kemuliaan Akhlak Pendakwah

Oleh: Dr. Hamdi Fattouh Waly

Sejarah mengesahkan fakta yang diketahui muda dan tua, guru dan pelajar, iaitu negara terbesar di dunia Islam dan yang paling ramai penduduk telah memeluk agama Islam tanpa sebarang peperangan dan pertempuran, bahkan tanpa mereka lihat seorang pun daripada sahabat Rasulullah saw yang memegang panji-panji penaklukan di jalan Allah.

Anda boleh merujuk kepada buku-buku sejarah untuk mengetahui bagaimana Islam masuk ke Asia, Indonesia, Malaysia, Tanah Melayu dan Filipina, Singapura, China dan lain-lain dari negara ini; untuk melihat fakta yang jelas. Terbukti bahawa sebab bagi kemasukan negara-negara ini dalam Islam adalah dengan ‘senjata’ yang menakjubkan, iaitu melalui akhlak yang baik, layanan yang baik, dan kemampuan luar biasa untuk menzahirkan Islam melalui tingkah laku yang diamalkan, akhlak yang diterapkan dan keyakinan yang mendalam dan kepercayaan kepada Tuhan.

Senjata yang halus, lembut, dan indah inilah yang digunakan oleh Rasulullah saw dalam menggerakkan dakwahnya kepada orang-orang Arab di Mekah, sebagai mempraktikkan friman Allah SWT (bermaksud):

“Terimalah apa yang mudah engkau lakukan, dan suruhlah dengan perkara yang baik, serta berpalinglah (jangan dihiraukan) orang-orang yang jahil (yang degil dengan kejahilannya).” (Al-A’raf: 199)

Dan Allah mengajar cara untuknya bekerja dan jalan untuk sampai kepada hati manusia dengan firman-Nya (bermaksud):

“Katakanlah (wahai Muhammad): “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang menurutku, menyeru manusia umumnya kepada ugama Allah dengan berdasarkan keterangan dan bukti yang jelas nyata. Dan aku menegaskan: Maha suci Allah (dari segala iktiqad dan perbuatan syirik); dan bukanlah aku dari golongan yang mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang lain.”  (Yusuf: 108),

Allah turut memuji baginda dengan keistimewaan yang diberikan kepadanya dan kemuliaan akhlak yang ada padanya. Firman Allah SWT bermaksud):

“Dan bahawa sesungguhnya engkau mempunyai akhlak yang amat mulia.”  (al-Qalam: 4),

Allah SWT turut mengajar kita bahawa cara yang paling mudah untuk sampai ke lubuk hati manusia adalah melalui lemah lembut, akhlak yang baik, memaafkan, memohon keampunan, merendah diri kepada manusia dan membuang sifat ego. Inilah yang kita fahami daripada firman Allah SWT (bermaksud):

“Dan kalaulah engkau bersikap kasar lagi keras hati, tentulah mereka lari dari kelilingmu. Oleh itu maafkanlah mereka (mengenai kesalahan yang mereka lakukan terhadapmu), dan pohonkanlah ampun bagi mereka, dan juga bermesyuaratlah dengan mereka dalam urusan (peperangan dan hal-hal keduniaan) itu. kemudian apabila engkau telah berazam (sesudah bermesyuarat, untuk membuat sesuatu) maka bertawakalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Mengasihi orang-orang yang bertawakal kepadaNya.  (Ali-Imran: 159).

Allah SWT turut menyebut secara khusus dengan perintahNya supaya merendah diri kepada manusia dalam ayat (bermaksud):

“dan sebaliknya hendaklah engkau merendah diri kepada orang-orang yang beriman (sekalipun mereka dari golongan fakir miskin.” (Al-Hijr: 88),

Dan diulangi di dalam ayat (bermaksud):

“Dan hendaklah engkau merendah diri kepada pengikut-pengikutmu dari orang-orang yang beriman.” (As-Syu`ara’: 215).

Allah tidak memuji kehinaan dan kelemahan dalam setengah keadaan melainkan ketika seorang saudara berdakwah untuk saudaranya dan beliau berurusan dengannya dalam ayat yang menggambarkan akhlak orang yang beriman:

“Mereka pula bersifat lemah-lembut terhadap orang-orang yang beriman dan berlaku tegas gagah terhadap orang-orang kafir.” (Al-Maidah: 54)

Dan menggambarkan mereka dalam ayat lain dengan kasih sayang antara satu sama lain:

“Dan orang-orang yang bersama dengannya bersikap keras dan tegas terhadap orang-orang kafir yang (memusuhi Islam), dan sebaiknya bersikap kasih sayang serta belas kasihan kasihan sesama sendiri (umat Islam).” (Al-Fath: 29).

Allah SWT telah menunjukkan kepada kita cara yang paling baik dan berkesan untuk sampai ke lubuk hati manusia melalui firman-Nya (bermaksud):

“Dan tidak ada yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada (mengesakan dan mematuhi perintah) Allah, serta ia sendiri mengerjakan amal yang soleh, sambil berkata: “Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang Islam (yang berserah bulat-bulat kepada Allah)!”. Dan tidaklah sama (kesannya dan hukumnya) perbuatan yang baik dan perbuatan yang jahat. Tolaklah (kejahatan yang ditujukan kepadamu) dengan cara yang lebih baik; apabila engkau berlaku demikian maka orang yang menaruh rasa permusuhan terhadapmu, dengan serta merta akan menjadi seolah-olah seorang sahabat karib. Dan sifat yang terpuji ini tidak dapat diterima dan diamalkan melainkan oleh orang-orang yang bersikap sabar, dan tidak juga dapat diterima dan diamalkan melainkan oleh orang yang mempunyai bahagian yang besar dari kebahagiaan dunia dan akhirat.  (Fussilat: 33-35).

Rasulullah saw turut menunjukkan kita satu senjata yang optima untuk membuka minda dan mendekati jiwa dengan mengatakan (bermaksud):

“Tidak akan masuk syurga sehingga kamu beriman dan kamu tidak dianggap beriman sehingga kamu saling cinta-mencintai. Mahukah saya tunjukkan kepada kamu sesuatu amalan yang jika kamu melakukannya nescaya kamu akan saling cinta-mencintai? Sebarkanlah salam di antara kamu.” (Riwayat Muslim)

Para pendakwah adalah orang yang hidup bersama Allah yang mengalir di dalam jiwanya makna-makna belas kasihan, kemesraan dan kasih saying, iaitu mereka sentiasa bimbangkan kesudahan yang buruk kepada manusia dengan memberikan kasih saying dan belas kasihan terhadap manusia. Inilah akhlak Rasulullah saw:

“Sesungguhnya telah datang kepada kamu seorang Rasul dari golongan kamu sendiri (iaitu Nabi Muhammad s.a.w), yang menjadi sangat berat kepadanya sebarang kesusahan yang ditanggung oleh kamu, yang sangat tamak (inginkan) kebaikan bagi kamu, (dan) ia pula menumpahkan perasaan belas serta kasih sayangnya kepada orang-orang yang beriman.”  (At-Taubah: 128).

Contoh-contoh yang menunjukkan kebaikan akhlak Rasulullah saw dengan musuh-musuhnya dan kesan daripada akhlak ini di dalam membuka hati semasa dakwahnya terlalu banyak sehingga sukar dihitung.

Diterjemahkan oleh:

Ustaz Suhaimi Jairi
Setiausaha IKRAM Pontian

17 Bekal dalam da'wah


Da’wah ke jalan Allah merupakan kewajipan bagi setiap Muslimin dan Muslimat, dan bukti kesaksian kita bagi manusia, seperti yang difirmankan oleh Allah:
Dan demikianlah (sebagaimanaKami telah memimpin kanu ke jalan yang lurus), Kami jadikan kamu (wahai umat Muhammad) satu umat yang pilihan lagi adil, supaya kamu layak menjadi orang yang memberi keterangan kepada umat manusia (tentang yang benar dan yang salah) dan Rasulullah (Muhammad) pula akan menjadi orang yang menerangkan kebenaran perbuatan kamu
(Surah Al-Baqarah: Ayat 143)
Da’wah adalah tugas para Rasul. Kerana ia merupakan tugas yang mulia, memiliki kedudukan yang tinggi, pahalanya di sisi Allah sangat besar sekaligus merupakan sumber yang melimpah bagi perbekalan, ketaqwaan, dan keimanan.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Dan tidak ada yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada (mengesakan dan mematuhi perintah) Allah, serta ia sendiri mengerjakan amal yang salih, sambil berkata: “Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang Islam (yang berserah bulat-bulat kepada Allah)!”
(Surah Fussilat: Ayat 33)
Kemuliaan dan ketinggian tugas berda’wah itu mendorong Muslim untuk menyesuaikan diri dengannya; maka ia tidak akan berkata atau berbuat sesuatu yang tidak wajar dengan tugas yang mulia tersebut, mereka juga memahami makna seperti itu merupakan bekal yang tidak terputus dan merupakan pengawasan yang tidak pernah lalai.
Persoalan pokok dalam da’wah adalah keimanan, iaitu mentauhidkan Allah dan ber’ibadah kepadaNya. Di saat penda’wah melaksanakan tugas kerana Allah dengan menyampaikan masalah tersebut kepada umat manusia, menghidupkan hati mereka dengan ma’rifah kepada Allah, dan menyeru mereka utuk menta’atiNya dengan itu, imannya akan selalu bertambah dan hatinya selalu berhubung dengan Allah. Ini juga merupakan bekalan yang amat berguna.
Penda’wah dijalan Allah menghabiskan sebahagian besar waktunya di taman-taman syurga, pertemuan-pertemuan yang menghimpunkan mereka yang menjadi sasaran da’wah mereka, iaitu majlis zikir yang dikelilingi oleh para malaikat, diliputi rahmat, dikurniakan ketenangan dan disebut-sebut oleh Allah di kalangan para malaikat yang ada disisiNya. Ini juga merupakan kebaikan serta bekal yang melimpah.
Penda’wah di jalan Allah sentiasa menyeru dan mengingatkan manusia nilai-nilai kebaikan dan amal-amal mulia serta hal-hal yang dapat meninggikan darjat mereka, memperbaiki keadaan mereka, dan menjauhkan mereka dari kesalahan serta kejahatan. Kerja da’wah tersebut secara langsung juga dapat mengingatkan penda’wah, sehingga dia dapat mengambil pengajaran sebagaimana orang lain mengambil pengajaran dari apa yang telah disampaikan. Berbeza dari orang yang tidak melaksanakan da’wah, mungkin ia lupa dengan nilai-nilai kebaikan tersebut hingga ia memerlukan peringatan dari orang lain.
Orang yang telah terjun ke medan da’wah selalu berusaha menjadi teladan yang baik bagi golongan yang diserunya dalam segala kebaikan yang telah disampaikan; ia tidak menyalahi apa yang diperintahkan dan tidak melakukan apa yang telah ia larang, serta selalu rasa takut terhadap murka Allah. Ia selalu memerhatikan serta mengingati ayat Al-Qur’an:
Patutkah kamu menyuruh manusiasupaya berbuat kebaikan sedang kamu lupa akan diri kamu sendiri; padahal kamu semua membaca Kitab Allah, tidakkah kamu berakal?
(Surah Al-Baqarah: Ayat 44)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kamu memperkatakan apa yang kamu tidak melakukannya! Amat besar kebenciannya di sisi Allah – kamu memperkatakan sesuatu yang kamu tidak melakukannya
(Surah Al-Saf: Ayat 2-3)
Penda’wah bersikap berhati-hati memilih makna-makna penting dan dasar yangberhubung dengan da’wah serta agama Allah. la memperkuatkan perbicaraannya dengan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadith Nabi serta memiliki pengaruh luar biasa dalam jiwa serta dapat mempengaruhi dan menambah keimanan, terutama bila penda’wah itu betul-betul menghayati apa yang diucapkan. Ini juga merupakan satu kemestian bagi penda’wah agar kata-katanya berpengaruh terhadap mereka yang menjadi sasaran da’wah, sebab kata yang keluar dari hati akan sampai pula ke hati, sedang yang keluar dari lisan akan sampai hanya setakat pendengaran. Dengan demikian ia dapat mengambil manfa’at darinya sebagaimana ia memberi bekal kepada orang lain.
Penda’wah mengorbankan waktu, tenaga, harta dantubuh badannya dalam beberapa perjalanan di jalan Allah. Ini me­rupakan latihan jiwa agar iabebas dari kemalasan, kebakhilan, kelemahan dan sifat pengecut. Ia juga mengumandangkan kalimah yang hak dengan lantang, walaupun pahit rasanya. Ini merupakan perkongsian jiwa serta pembentukan peribadinya untuk melanjutkan jalan da’wah.
Penda’wah juga perlulah menambah ‘ilmu pengetahuan serta membuat kajian untuk memudahkannnya menghulurkan kebajikan dan sumbangan kepada manusia, dan agar ia sentiasa dapat menjawab segala persoalan yang dilemparkan kepadanya. Menyuburkan landasan seumpama ini merupakan suatu bekal yang amat dituntut di jalan da’wah.
Da’i di jalan Allah yang sentiasa menjalankan kerja da’wah perlulah teliti dan sentiasa membuat kajian agar tidak mencetuskan kekeliruan, penyimpangan, atau yang melanggai kitab Allah dan sunnah Rasul dalam seluruh pembicaraannya, sebab bila terjadi demikian, maka ia bertanggungjawab atas tersebarnya kesalahan dan penyimpangan tersebut. Kebiasaan teliti dalam berbicara serta memerhatikan yang benar dalam segala hal tersebut dapat membantu pembinaan peribadi aktivi da’wah itu sendiri.
Di samping menyedari tanggungjawab di hadapan Allah terhadap sasaran da’wah, para da’i juga hendaklah bertanggungjawab terhadap waktu mereka. la mematuhi disiplin dalam menghadiri pertemuan, tidak mensia-siakan waktu mereka untuk mengganggunya, dan tidak membuang masa dengan perbicaraan yang tidak berfaedah. Dengan itu ia akan terbiasa menghargai masa dan mempergunakannya dengan sebaik-baiknya, sebab waktu adalah kehidupan dan kewajipan lebih banyak daripada waktu yang tersedia.
Pendokong da’wah ber’amal kerana Allah dan untuk mencari keredaannya; ia tidak melaksanakan da’wah kerana tujuan duniawi atau untuk menjilat seseorang, walau sebesar mana kekuasaannya, sebab bila ia berbuat begitu, maka rosak-lah segala amalnya dan mendapat murka Allah kerana memperalatkan dakwah untuk menyesatkan manusia. Dengan itu, ia menjadi seorang yang paling rugi, iaitu orang yang menjual akhirat untuk kepentingan dunia orang lain.
Pendokong da’wah mestilah mengikuti ajaran Islam dan mencontohi Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam dalam melaksanakan da’wah kepada manusia, iaitu dengan lemah-lembut, kasih-sayang, bijaksana, nasihat yang baik, debat dengan cara yang lebih baik, sabar menghadapi gangguan orang yang menjadi sasaran da’wah, danbegitulah seterusnya. Maha Benar Allah yang telah berfirman:
Maka dengan sebab rahmat (yang melimpah-limpah) dart Allah (kepadamu wahai Muhammad), engkau telah bersikap lemah-lembut kepada mereka (sahabat-sahabat dan pengikutmu), dan kalaulah engkau bersikap kasar lagi keras hati, tentulah mereka lari dari kelilingmu
(Surah Ali-’Imran: Ayat 159)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Serulah kejalan Tuhanmu (wahai Muhammad) dengan hikmat kebijaksanaan dan nasihat pengajaran yang baik, dan berbahaslah dengan mereka (yang engkau serukan itu) dengan cara yang lebih baik
(Surah Al-Nahl: Ayat 125)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Dan demi sesungguhnya, Rasul-rasul sebelummu pemah juga didustakan, maka mereka sabar terhadap perbuatan orang-orang yang mendustakan mereka dan menyakiti mereka, sehingga datanglah pertolongan Kami kepada mereka
(Surah Al-An’am: Ayat 34)
Bahkah para penda’wah berasa dukacita kerana manusia berpaling dari da’wahnya, Allah Subhanahu wa Ta’ala ber­firman:
Maka jangan-jangan pula engkau (wahai Muhammad), membinasakan dirimu disebabkan menanggung dukacita terhadap kesan-kesan perbuatan buruk mereka, jika mereka enggan beriman kepada keterangan Al-Qur’an ini.
(Surah Al-Kahfi: Ayat 6)
Demikianlah, sifat-sifat terpuji itu muncul dalam diri para penda’wah melalui kepakaran mereka dalam melakukan da’wah. Ini juga merupakan bekal yang amat melimpah.
Para da’i di jalan Allah tidak boleh lemah semangat dalam menunaikan tugas dakwah gara-gara letih, payah, sakit, perjalanan yang panjang, banyak berjaga malam, dan pengorbanan. Sebab itu semua merupakan bekalan yang paling bermanfa’at bagi perjalanan yang panjang menuju akhirat. Bahkan seharusnya ia merasakan keni’matan dalam kepenatan mereka, kelazatan dalam rasa sakit, keuntungan dalam setiap yang diberikan, dan ganjaran yang tidak diragukan lagi bagi setiap yang dikorbankan.
Da’i di jalan Allah melatih dirinya agar tidak terjangkit penyakit ghurur (terpedaya) tatkala orang memberi simpati kepadanya dan ramai pendengar yang terpukau oleh kata katanya. Sebaliknya ia juga tidak boleh berputus asa bila yang terjadi adalah sebaliknya. Betapa pun jeleknya sambutan orang-orang yang dida’wahkan, namun boleh jadi dari mereka muncul sekelompok kecil orang yang lebih bermanfaat daripada yangbesar. Dia hendaklah mengetahui bahawa kewajipannya hanya menyeru, sementara hidayah adalah urusan Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Tidak ada kewajipan yang ditugaskan kepada Rasulullah selain daripada menyampaikan (perintah-perintah Allah) sahaja.
(Surah Al-Ma’idah: Ayat 99)
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) tidak berkuasa memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa yang engkau kasihi (supaya ia menerima Islam), tetapi Allah jualah yang berkuasa memberi hidayah petunjuk kepada sesiapa yang dikehendakiNya (menurut undang-undang peraturanNya).
(Surah Al-Qasas: Ayat 56)
Terbebasnya jiwa dari ghurur dan putus asa merupakan bekalan yang amat besar.
Para da’i mestilah meneruskan da’wahnya meskipun meng-hadapi banyak gangguan. Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam, Baginda membalas gangguan orang-orang musyrik dengan do’a:
Ya Allah, tunjukilah kaumku kerana mereka belum mengetahui.
Baginda terus berda’wah, walaupun tentangan tidak pernah sepi dari jalan da’wah. Imam Al-Syahid Hasan Al-Banna meneguhkan hakikat ini kepada anggota Ikhwanul Muslimin: “Bersikaplah seperti pohon dalam berhadapan dengan manusia; mereka melemparinya dengan batu, namun ia membalas dengan melemparkan buah-buahan kepada mereka.” Membiasakan jiwa untuk membalas keburukan dengan kebaikan seperti itu, merupakan sebaik-baik bekal. Maha Benar Allah yang berfirman:
Dan tidaklah sama (kesannya dan hukumnya perbuatan yang baik dan perbuatan yang jahat. Tolaklah (kejahatan yang ditujukan kepadamu) dengan cara yang lebih baik; apabila engkau berlaku demikian maka orang yang menaruh rasa permusuhan terhadapmu, dengan serta merta akan menjadi seolah-olah seorang sahabat karib.
(Surah Fussilat: Ayat 34-35)
Kejayaan seseorang penda’wah dalam mengembangkan tugasnya dapat diukur dengan kecintaan yang tulus kerana Allah dari para penerima da’wahnya (mad’u). Dan ini merupakan sebaik-baik ni’mat Allah yang sebahagian besar manusia tidak mendapatkannya. Cukuplah bagi para aktivis bahawa ia memperolehi do’a yang baik tanpa pengetahuannya, dari orang-orang yang mencintainya atau mendapat renungan kasih sayang kerana Allah, yang dengannya Allah memberikan ampunan kepadanya dan kepada mereka.
Para penda’wah memperoleh pahala yang sangat besar, apabila Allah menganugerahkan taufiq kepadanya, sehingga ucapannya menjadi penyebab berpindahnya orang ramai dari kesesatan menuju petunjuk. Dalam sebuah hadith sahih dari Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
Andai Allah memberikan hidayah kepada seseorang dengan sebab kamu, itu lebih baik bagimu dari pada unta merah. (kekayaan yang paling berharga di Jazirah ‘Arab saat itu, pent.)
Pahala yang besar itu merupakan bekal yang sangat baik.
Para penda’wah yang tulus sepatutnya menyedari bahawa kemampuannya berucap dengan orang ramai, hingga orang terpesona dengan ucapannya adalah kurniaan dari Allah, bukan kerana semata-mata kehebatan dan kecerdasannya. Dengan itu ia tidak menyombongkan diri, bahkan semakin tawadhu’ kepada Allah, bersyukur kepadaNya dan bertaqwa, bersyukur serta berserah diri padaNya, hingga ia menambahkan kemampuannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
Oleh itu hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah; dan (ingatlah), Allah (dengan keterangan ini) mengajar kamu
(Surah Al-Baqarah: Ayat 282)
Demi sesungguhnya! Jika kamu bersyukur nescaya Aku akan tambahi ni’matKu kepada kamu.
(Surah Ibrahim: Ayat 7)
Para penda’ wah yang banyak berkelana ke berbagai daerah yang berbeza-beza akan bertambah luas wawasannya tentang masyarakat Islam, keadaan setempat dan permasalahan yang melanda dunia Islam. Ini merupakan sebaik-baik bekalan bagi penda’wah itu dalam menapaki jalan da’wah yang berikutnya. Ia juga akan semakin berpengalaman dalam berkomunikasi dengan semua lapisan masyarakat; yang intelektual, buta huruf, para karyawan dan petani. Ia akan menghadapi beberapa kaum yang memandang secara juzuk terhadap Islam, mewarisi Islam bercampur dengan berbagai penyimpangan bid’ah dan khurafat, atau yang memiliki pandangan mendatar; iaitu dangkal, tidak mendalam atau tidak memandang jauh ke hadapan dan tidak mempertimbangkan segala akibat yang akan timbul. Begitulah seterusnya, ia akan berinteraksi dengan mereka dan meluruskan pemahaman serta cara pandangan mereka, dan ini memerlukan kesabaran, kebijaksanaan, serta pengalaman. Ini semua tidak akan diperolehi kecuali oleh orang yang benar-benar terlibat di dalam medan da’wah.
Para penda’wah yang tulus ikhlas akan selalu bertaqwa kepada Allah dan menimbang segala persoalan yang berkembang dengan timbangan Islam yang benar; tanpa bersikap munafiq, menjilat, atau takut pada seseorang, walau sebesar mana kekuasaannya. la tidak akan memutar balik fakta atau mencampur-aduk yang haq dan yang batil, hingga manusia dapat belajar darinya tentang neraca Rabbani. Ini semua mengandungi bekal yang baik bagi gerakan da’wah.

Peringatan Untuk Para Penda'wah

  oleh : Sheikh Jum'ah Amin Abdul Aziz petikan dalam
                              buku : ad-Dakwah : Qawaa'id wal Ushuul
                              al-Quran telah bersikap tegas dan keras kepada
                              orang-orang yang pandai memberi nasihat kepada
                              manusia, tetapi tidak mahu mengambil nasihat.
                              Mereka mencegah manusia tetapi diri mereka sendiri
                              terlupakan. Allah berfirman :
                              "Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan)
                              kebajikan, sedangkan kamu melupakan dirimu
                              sendiri, padahal kamu membaca kitab ? Maka
                              tidakkah kamu berfikir ? (al-Baqarah : 44)
                              Sayyid Qutub dalam Fi Dzilal lil Quran mengatakan
                              "Sesungguhnya bahaya rijalluddin adalah ketika
                              agama telah menjadi profesion, agama bukan lagi
                              sebagai aqidah yang diberi perhatian yang mampu
                              mengerakkan. Mereka berbicara dengan mulut mereka
                              sesuatu yang tidak ada di dalam hati mereka.
                              Mereka memerintah manusia berbuat kebaikan, tetapi
                              mereka sendiri tidak melakukannya. Mereka mencegah
                              kemungkaran, sedangkan mereka sendiri
                              mengabaikannya. Mereka mengubah kalam Allah dari
                              makna yang semestinya, dan menakwilkan nash-nash
                              yang qath'i untuk memperturutkan hawa nafsu
                              mereka. Mereka memberikan fatwa-fatwa dan berbagai
                              penakwilan yang secara zahiriyyahnya bersesuaian
                              dengan zahirnya nash-nash itu, akan tetapi
                              hakikatnya berbeda dengan hakikat agama, untuk
                              memuaskan keinginan dan hawa nafsu orang-orang
                              yang memiliki harta dan kekuasaan, sebagaimana hal
                              ini sering dilakukan oleh pendeta yahudi"
                              Dakwah kearah kebaikan dan sekaligus pelanggaran
                              terhadap kebaikan yang ada dalam perilaku
                              sebahgian dari para da'i, adalah bahaya yang boleh
                              membuat orang ragu. Pengaruhnya bukan hanya pada
                              diri para pendakwah itu sendiri malah kesannya
                              juga terhadap dakwah secara keseluruhan. Itulah
                              yang menyebabkan hati dan pikiran manusia menjadi
                              binggung, kerana mereka mendengar perkataan yang
                              indah, tetapi pada saat yang sama menyaksikan
                              perbatan yang tercela. Mereka dibinggungkan oleh
                              ketidaksesuaian antara perkataan dengan perbuatan.
                              Luapan semangat mereka yang telah diluapkan oleh
                              aqidah perlahan-lahan mulai mengendur. Cahaya iman
                              yang ada dalam hati mereka pun padam. Ahkirnya
                              mereka tidak percaya kepada agama ini, setelah
                              mereka tidak percaya kepada para pendakwahnya.
                              Sesungguhnya kata-kata para pendakwah seperti ini
                              akan muncul tanpa ruh dan sampai ke telinga
                              manusia tanpa mempunyai pengaruh. Betapapun
                              kata-kata itu berirama, tertata rapi, disampaikan
                              dengan penuh semangat, tetapi kerana tidak muncul
                              dari hati yang beriman dengan kata-kata itu
                              sendiri, maka manusia pun tidak akan mau beriman
                              terhadap apa yang mereka sampaikan. Kecuali
                              apabila dia menjadi cermin yang hidup dari apa
                              yang keluar dari mulut mereka dan tampil sebagai
                              sosok yang nyata dari apa yang diucapkan. Ketika
                              itulah maka manusia akan percaya, walaupun
                              penyampaiannya tanpa irama dan kurang menarik.
                              Sesungguhnya kata-kata itu mempunyai kekuatan
                              dengan kenyataan yang dipraktiskan. Bukan dari
                              keindahan susunannya. Sesungguhnya kata-kata itu
                              akan menjadi ruh bagi kehidupan.
                              Tidak mungkin seorang pendakwah itu menjadi qudwah
                              dan uswah dari apa yang ia sampaikan, dan tidak
                              mungkin seorang pendakwah itu menjadi al-Quran
                              yang berjalan kecuali apabila ia mempereratkan
                              hubungan dengan Allah dan memohon pertolongan
                              kepadanya. Ungkapan "hanya kepadaMu ku sembah dan
                              hanya kepadaMu aku memohon pertolongan" adalah
                              sebagai pegaangan dan pelita hidup. Ketika itulah
                              maka Allah akan memberinya petunjuk ke jalan yang
                              benar dan menolongnya menuju jalan yang lurus.
                              Sehingga manusia melihat bukti dari apa yang ia
                              katakan. Kemudian dengan demikian Allah membuka
                              hati yang tertutup, mata yang buta serta telingan
                              yang tuli.
                              Ali karamaLlahu wajhah berkata "Dua orang yang
                              telah mematahkan tulang
                              punggungku; seorang alim yang berbuat maksiat dan
                              seorang jahil yang
                              beribadah".
                              "Sesungguhnya orang yang mendakwahi orang lain
                              kearah petunjuk, sementara ia tidak mengamalkannya
                              itu seperti lilin yang menerangi manusia, tetapi
                              dia sendiri terbakar" (at-Tabrani)
                              Seorang penyair berkata :
                              Wahai orang yang mengajar orang lain.. Perhatikan
                              dirimu.kerana ia merupakan pengajaran.. engkau
                              memberi obat kepada orang yang sakit agar dia
                              menjadi sihat. sementara engkau sendiri sakit
                              kerana itu, mulailah dengan dirimu.. Cegahlah ia
                              dari penyimpangan kerana apabila ia berhenti dari
                              penyimpangan maka bererti kamu orang yang
                              bijaksana di sana akan diterima jika kamu memberi
                              nasihat, akan diikuti dengan pendapat darimu,
                              serta bermanfaat pengajaranmu Abu Athiyah berkata,
                              "Engkau berbicara tentang ketaqwaan, hingga seakan
                              engkau orang yang bertaqwa, sementara angin
                              kesalahan dari bajumu nampak berkilau"
                              Oleh kerana itu menjadi keharusan dari setiap
                              pendakwah untuk menampilkan setiap permasaalahan
                              yang hendak disampaikan dalam dakwah melalui
                              ucapan dan perbuatan. Tidak membuat pemisahan
                              antara keduanya. Mereka jujur terhadap diri mereka
                              sendiri sebagai individu, di rumah mereka sebagai
                              suami dan bapak bagi anak-anaknya, dan di tengah
                              masyarakat sebagai anggotanya.
                              Ali ra berkata, "Barangsiapa yang meletakkan
                              dirinya sebagai pemimpin, maka hendaklah dia mulai
                              mengajari dirinya sebelum mengajari orang lain.
                              Dan hendaklah ia membersihkan langkah kehidupannya
                              sebelum membersihkan lisannya. Kerana orang yang
                              mengajari dan membersihkan dirinya itu lebih
                              berhak dimuliakan dari orang yang mengajari
                              manusia dan membersihkan mereka"
                              Para pendakwah yang mengatakan sesuatu yang tidak
                              mereka perbuat, memberi nasihat tetapi tidak
                              mengambil nasihat itu, memberi petunjuk tetapi ia
                              sendiri menghindari pentunjuk itu, tidak lain
                              melainkan memperoleh perlecehan dari manusia dan
                              murka Allah. Mereka merugi hidup di dunia dan
                              akhirat, dan itulah kerugian yang nyata.
                              Asy Sya'bi berkata, "akan nampak di hari kiamat
                              suatu kaum dari penghuni syurga atas penghuni
                              neraka. Maka penghuni syurga itu bertanya kepada
                              mereka "Apa yang menyebabkan kalian masuk neraka,
                              padahal yang menyebabkan kami masuk syurga ini
                              ialah berkat pendidikan dan pengajaran kamu ? Maka
                              mereka menjawab "Sesungguhnya kami dahulu
                              memerintahkan kamu berbuat baik, tetapi kami tidak
                              melaksanakannya. Dan kami juga melarang manusia
                              dari melakukan kemungkaran, tetapi kami
                              melakukannya"
                              Dari sinilah maka merupakan kewajiban bagi
                              pendakwah untuk bersungguh mengintrospeksi diri
                              sehingga dapat selalu istiqamah dalam taat di
                              jalan Allah.
                              BERHATI-HATILAH DARI MURKA ALLAH
                              Allah berfirman :
                              "Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu
                              mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat ? Amat
                              besar kebencian di sisi Allah bahawa kamu
                              mengatakan sesuatu yang tiada kamu kerjakan" (Ash
                              Shaf : 2-3)
                              Ibnu Katsir berkata, "Ini adalah pengingkaran atas
                              orang yang berjanji atau berkata sesuatu yang ia
                              tidak menepatinya. Dalam shahihain Nabi saw
                              bersabda, "Tanda orang munafik itu ada tiga ; bila
                              berjanji ia ingkari, bila berbicara ia berdusta
                              dan bila dipercaya ia khianat" Kemudian
                              pengingkaran ini diperkuat dengan firmanNya,
                              "Kabura maqtan indalLah" artinya perbuatan kamu
                              itu sangat membawa kemurkaan di sisi Allah jika
                              kamu berkata sesuatu kemudian kamu tidak
                              menepatinya.
                              Ibnu Abbas berkata, "Ada sebahgian dari
                              orang-orang yang beriman itu ketika jihad belum
                              diwajibkan berkata, "Kita senang jika Allah
                              menunjukkan kepada kita amal yang paling
                              dicintaiNya, sehingga kita mengamalkannya", maka
                              Allah memberi khabar kepada NabiNya bahawa amal
                              yang paling dicintaiNya ialah beriman kepada Allah
                              dengan tidak ada keraguan di dalamnya, kemudian
                              berjihad terhadap orang-orang yang bermaksiat
                              kepadaNya. Maka apabila turun perintah berjihad,
                              ada sebahgian oarng yang beriman yang tidak suka
                              dan merasa berat atas perintah itu, mak turunlah
                              ayat tersebut".
                              SEJENAK BERSAMA PERIBADI PENDAKWAH
                              Sesungguhnya sifat yang terpenting untuk dimiliki
                              oleh seorang pendakwah adalah siddiq dan
                              istiqamah. Sehingga apa yang nampak pada zahirnya
                              adalah seperti apa yang ada pada bathinnya.
                              Perbuatannya sejalan dengan perkataannya. Sifat
                              seperti ini amat ditekankan oleh al-Quran dan As
                              Sunnah yang suci.
                              Imam Ahmad dan Abu Daud meriwayatkan dari Abdullah
                              bin Amir bin Rabiah, ia berkata, "Telah datang
                              kepada kita Rasullulah saw dan aku masih kecil,
                              maka aku pergi keluar untuk bermain. Ibuku
                              berkata, Wahai Abdullah, kemarilah saya akan
                              memberikanmu sesuatu. Maka Rasullullah saw
                              bertanya, "Apakah yang hendak kau berikan padanya
                              ? Ia berkata, "korma". Maka nabi saw bersabda,
                              "Ingatlah, sesungguhnya jika engkau tidak
                              melaksanakannya maka akan dicatat untukmu
                              kebohongan"
                              Seorang pendakwah hendaklah berterus terang
                              terhadap dirinya sendiri. Dia tidak menipu dirinya
                              dan tidak pula menipu manusia. Dan juga tidak
                              menunjuk-nunjuk dan bersikap munafik di hadapan
                              mereka. Dan hendaknya para pendakwah itu
                              mendengarkan apa yang pernah dikatakan oleh Ibnu
                              Sammak sebagai berikut :
                              "Banyak orang yang berzikir kepada Allah tetapi
                              hakikatnya ia melupakan Allah, banyak orang yang
                              kelihatannya takut kepada Allah tetapi sebenarnya
                              ia lancang di hadapan Allah, banyak orang yang
                              mendekatkan diri kepada Allah tetapi sebenarnya ia
                              lari dari Allah, dan banyak orang yang membaca
                              kitab Allah tetapi ia berlepas diri dari ayat-ayat
                              Allah"
                              Semestinya para pendakwah itu memahami firman
                              Allah :
                              "Tiada perbicaraan rahsia antara tiga orang,
                              melainkan Ia lah yang keempatnya. Dan tiada
                              (perbicaraan) antara lima orang, melainkan Ia lah
                              yang keenamnya. Dan tiadalah perbicaraan antara
                              jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak
                              melainkan Dia ada bersama mereka di mana pun
                              mereka berada. Kemudian Ia akan menberitahu pada
                              hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan.
                              Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu"
                              (al-Majadalah : 7)
                              Kesimpulannya, tanggung jawab pendakwah terhadap
                              masyarakatnya itu seharusnya tidak melupakan
                              tanggung jawab mereka terhadap diri mereka
                              sendiri. Kesibukan mereka untuk membaiki manusia
                              seharusnya tidak memalingkan dari membaiki keadaan
                              diri mereka sendiri. Kerana kewajiban mereka
                              adalah memenuhi tanggung jawab terhadap diri
                              mereka sendiri barulah terhadap masyarakatnya.
                              Sungguh Allah telah mencela kaum Yahudi yang telah
                              dimuliakan olehNya dalam Taurat. Mereka tidak
                              pandai memanfaatkanya dan tidak pula
                              mengamalkannya. Allah mengumpamakan mereka seperti
                              keldai yang memikul atau membawa kitab-kitab.
                              Allah berfirman : "Perumpamaan orang-orang yang
                              dipikulkan kepadanya taurat, kemudian mereka tidak
                              memikulnya (mengamalkannya dengan sebenar) adalah
                              seperti keldai yang membawa kitab-kitab"
                              (al-Jum'ah : 5)
                              Maksud ayat tersebut bahawa sesungguhnya
                              perumpamaan orang Yahudi yang diberi taurat dan
                              dibebani amal untuk dilaksanakan apa yang ada di
                              dalamnya, tetapi mereka tidak mahu mengamalkannya
                              dan tidak mahu mengambil manfaat dengan petunjuk
                              dan cahayanya, mereka itu seperti keldai yang
                              membawa kitab-kitab yang semestinya mengandung
                              manfaat yang besar, tetapi tidak memperoleh
                              manfaat apapun kecuali letih dan penat.
                              Imam al-Qurtubi berkata, "Allah telah menyamakan
                              mereka (orang Yahudi) dengan keldai, sementara itu
                              taurat ada di tangan mereka tetapi mereka tidak
                              mahu mengamalkannya. Mereka seperti keldai yang
                              membawa kitab-kitab dan mereka tidak memperolehi
                              apa-apa kecuali beratnya memikul tanpa faedah.
                              Mereka kelelahan membawanya, namun tidak dapat
                              memanfaatkan apa yang ada di dalamnya. Ayat ini
                              juga menyinggung kita kaum muslimin, jika kita
                              tidak mengamalkan al-Quran dan tidak mempraktikkan
                              apa yang ada di dalamnya".

Jumat, 23 Maret 2012

# DIALOG RASULULLAH SAW DENGAN IBLIS #

Rasulullah saw pernah berta'a kpd iblis, "Wahai Iblis! Apakah ikhtiarmu atas umatku. Aku telah diangkitkan untuk menyelamatkan semua umat manusia agar beriman kpda Allah swt."

Jawab Iblis : "Ya Rasulullah, demi kemuliaanmu aku akan bersungguh-sungguh menyesatkan umat manusia dari mengikuti ajaramu. Aku akan mencampurkan lelaki dengan wanita supaya mudah aku mencelah di tengah'a."

Tanya Rasulullah lagi : "Wahai Iblis! Apa lagi yg engkau musykilkan ?"

Jawab Iblis : "Ya Muhammad! Sebenar'a aku amat heran dengan sikap umatmu dalam dua perkara yaitu :
pertama : Mereka mengakui mencintai Allah swt tetapi pada masa yg sama mereka masih melakukan maksiat dan perbuatan munkar.
kedua : mereka sangat benci akan tabiatku tetapi mereka masih mau mengikuti segala hasutanku."

Firman Allah kepada Iblis : "Memang Engkau adalah makhluk terkutuk, demi kemuliaanku, akan aku berikan kpda umat Muhammad saw dua kegembiraan yaitu :
pertama : Kecintaan mereka terhadapku akan aku jadikan penebus dosa di atas kesalahan yg telah mereka lakukan karena ulahmu. 
kedua : Marah'a mereka terhadapmu akan aku jadikan penebus dosa bagi maksiat yg telah mereka lakukan..."

Maka tercenganglah Iblis mendengar penjelasan sedemikian dari Allah swt, sadarlah Iblis bahwa umat Muhammad saw adalah umat yg disayangi Allah swt yg maha pengampun lagi maha mengasihi.

 "Iblis Terpaksa Bertamu Kepada Rasulullah SAW (dari Muadz bin Jabal dari Ibn Abbas)."

Ketika kami sedang bersama Rasulullah SAW di kediaman seorang sahabat Anshar, tiba - tiba terdengar panggilan seseorang dari luar rumah: "Wahai penghuni rumah, bolehkah aku masuk..? Sebab kalian akan membutuhkanku. "

Rasulullah saw bertanya kpda para jamaah, " Tahukah kalian siapakah yg memanggil dari luar itu."

Lalu Rasulullah menjelaskan, "Itu adalah Iblis terkutuk, semoga Allah senantiasa melakhnat'a."

Kemudian Umar ra meminta izin kpda Rasulullah saw sembari berkata, "Ya Rasulullah, apakah engkau mengizinkanku untuk membunuh'a ?"

Beliau (Rasul saw) menjawab, "Bersabarlah wahai Umar, apakah engkau tdk tau bahwa ia termasuk makhluk yg tertunda kematian'a sampai batas waktu yg telah diketahui (Hari Kiamat),? akan tetapi sekarang silahkan kalian membukakan pintu untuk'a. Sebab ia diperintah untuk datang kesini, maka pahamilah apa yg ia ucapkan dan dengarkan apa yg akan ia ceritakan kpda kalian."

Ibnu Abbas berkata : Kemudian dibukakan pintu, lalu ia masuk ditengah-tengah kami. Ternyata ia berupa orang yg sudah tua bangka dan buta sebelah mata. Ia berjenggot sebanyak tujuh helai rambut yg panjang'a sprti rambut kuda. Kedua kelopak mata'a terbelah keatas (tidak kesamping). Sedangkan kepala'a seperti kepala gajah yg sangat besar, gigi taring'a memanjang seperti taring babi. Sementara kedua bibir'a seperti bibir kerbau. Ia datang sembari memberi salam,   "Assalamu'alaika ya Muhammad, Assalamualaikum a jamaa'atal-muslimin,' (Salam untukmu Muhammad, salam untukmu para hadirin) kata Iblis.

Nabi saw menjawab, : "Assalamu'lillah ya la'iin (Keselamatan hanya milik Alllah, Wahai makhluk yg terkutuk). saya mendengar engkau punya keperluan kpda kami. Apa keperluan tersebut wahai Iblis ?"

"Wahai Muhammad, saya datang kesini bukan karena kemauanku sendiri, tapi saya datang kesini karena terpaksa," tutur Iblis.

"Apa yg membuatmu terpaksa harus datang ke sini wahai makhluk terkutuk,? "tanya Rasulullah.

Iblis menjawab : "Telah datang kpdaku seorang malaikat yg diutus Tuhan Maha Agung dimana utusan itu barkata : "Sesungguh'a Allah swt memerintahmu untuk datang kpda Muhammad saw, sementara engkau adalah makhluk yg rendah dan hina, engkau harus memberitahu kepada'a, bagaimana engkau menggoda dan merekayasa anak cucu Adam, bagaimana engkau membujuk dan merayu mereka. Lalu engkau harus menjawab segala apa yg ditanyakan Muhammad saw dengan jujur. maka demi kebesaran dan keagungan Allah swt, jika engkau menjawab dengan bohong, sekalipun hanya sekali, sungguh Allah akan menjadikan engkau debu yg bakal dihempaskan angin, dan musuh-musuhmu akan senang. "Wahai Muhammad, maka sekarang saya datang  untuk menjawab apa yg engkau tanyakan dengan jujur."

Rasulullah saw mulai melempar pertanyaan kpda Iblis, "Jika engkau bisa menjawab dengan jujur, maka coba ceritakan kpdaku, siapa orang yg paling engkau benci, ?"

Iblis menjawab dengan jujur, "Engkau, wahai Muhammad, adalah org yg paling aku benci dan kemudian orang2 mengikuti agamamu,"

“Lalu lagi yg paling engkau benci ? “Tanya Rasulullah saw.

“Seorang pemuda yg bertakwa dimana ia mencurahkan diri’a hanya kepada Allah swt,”jawab Iblis.

“Siapa lagi ?” Tanya Rasulullah saw.

“Orang yg senantiasa melanggengkan kesucian dari tiga kotoran (hadats besar dan kecil serta najis),”tutur Iblis.

“Siapa lagi ?” Tanya Rasulullah saw.

“Orang fakir yg senantiasa bersabar, tidak pernah menuturkan kefakiran’a kpda siapapun dan juga tidak pernah mengeluh penderitaan yg dialami’a,” jawab Iblis.

“lalu bagaimana engkau tau kalau ia bersabar ?” tanya Rasulullah saw.

“Wahai Muhammad, bila ia masih dan pernah mengeluhkan penderitaan’a kpda makhluk yg sama dengan’a selama tiga hari, maka Allah swt tidak akan mencatat perbuatan’a dalam kelompok orang-orang yg sabar,” jelas Iblis.

“Lalu siapa lagi wahai Iblis ?” tanya Rasulullah saw.

“Orang kaya yg bersyukur”

“Lalu apa yg bisa memberi tahu kepadamu, bahwa ia bersyukur ?”

“Bila saya melihat’a ia mengambil kekayaan’a dari apa saja yg dihalalkan dan kemudian disalurkan pada tempat’a.”

“Bagaimana kondisimu bila ummatku menjalankan shalat ?”

“Wahai Muhammad, saya langsung merasa gelisah dan gemetar.”

“Mengapa wahai makhluk terkutuk ?”

“Sesungguh’a apabila seorang hamba bersujud kpda Allah sekali sujud, maka Allah akan mengangkat satu derajad  kemuliaan. Apabila mereka berpuasa, maka saya terikat sampai mereka berbuka kembali. Apabila mreka menunaikan manasik haji, maka saya jadi gila. Apabila membaca Al-qur’an, maka saya akan meleleh seperti timah yg dipanaskan. Apabila bersedekah, maka seakan-akan orang yg bersedekah itu mengambil kampak lal memotong saya menjadi dua.”

“Mengapa demikian wahai Abu Murrah (julukan Iblis) ?”

“Sebab dalam sedekah ada empat perkara yg perlu diperhatikan : dengan sedekah itu Allah swt akan menurunkan keberkahan dalam harta’a, menjadikan ia disenangi dikalangan makhluk’a, dengan sedekah itu pula Allah swt menjadikan suatu penghalang antara dia dengan neraka dan akan menghindarkan segala bentuk bencana dan penyakit.”

“Lalu bagaimana pendapatmu tentang Abu Bakar ?”

“Ia sewaktu jahiliyyah saja tidak pernah taat kpdaku, apalagi sewaktu dalam Islam.”

“Bagaimana dengan Umar bin Khaththab ?”

“Demi Allah, setiap kali saya bertemu dengan’a, mesti akan lari dari’a.”

“Bagaimana dengan Utsman ?”

“Saya merasa malu terhadap orang yg malaikat saja malu kepada’a.”

“Lalu bagaimana dengan Ali bin Abi Thalib ?”

“Saya berharap kpda allah untuk tak akan pernah dipertemukan oleh’a.”

“Segala puji bagi Allah yg telah menjadikan ummatku berbahagia dan mencelakakanmu dalam sampa batas waktu yg telah ditentukan.”

“Tidak dan tidak mungkin, dimana ummatmu bisa bahagia sementara saya senantiasa hidup dan tidak akan mati sampai batas waktu yg telah ditentukan. Lalu bagaimana engkau bisa berbahagia terhadap ummatmu, sementara saya bisa masuk kapan saja melalui aliran darah dan daging, sedangkan mereka tidak melihatku. Demi Tuhan, sungguh saya akan menyesatkan mereka seluruh’a, baik yg bodoh maupun yg alim, yg awam maupun yg bisa membaca Al-qur’an, yg nakal maupun yg rajin beribadah, kecuali hamba-hamba Allah yg mukhlis (murni)

“Siapa menurut engkau hamba-hamba Allah yg mukhlis ?”

Iblis menjawab dengan panjang lebar, “Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa orang yg masih suka harta dan suka dipuji maka ia belum murni karena Allah. Sesungguh’a seorang hamba selagi masih suka harta dan pujian, sementara hati’a selalu bergantung pada kesenangan dunia, maka ia lebih taat kepadaku. Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa cinta harta itu termasuk dosa yg paling besar ? kemudian cinta kedudukan adalah dosa besar juga. Saya mempunyai tujuh puluh ribu anak, sedangkan tiap anak dari jumlah itu memiliki tujuh puluh ribu syetan. Diantara mereka ada yg saya tugaskan untuk menggoda ulama, menggoda para pemuda, menggoda orang tua. Anak-anak muda bagi kami tidak masalah, sedangkan anak kecil lebih mudah kami permainkan sekehendak saya. Diantara mereka juga ada yg saya tugaskan untuk menggoda orang yg tekun beribadah, menggoda orang yg zuhud. Mereka keluar masuk dari kondisi yg berbeda, dari satu pintu ke pintu yg lain’a, sehingga mereka berhasil dengan menggunakan cara apapun. Saya ambil dari mereka nilai keikhlasan dalam hati’a, sehingga mereka beribadah tidak karena Allah, sementara mereka tidak merasakan itu. Apakah engkau lupa wahai Muhammad kisah seorang rahib yg berbuat ikhlas selama tujuh puluh tahun, sehingga dengan doa’a ia bisa menyembuhkan penyakit ? Akan tetapi saya tak pernah putus asa menggoda’a sampai ia sempat berbuat zina dan membunuh’a dan akhir’a ia mati dalam keadaan kafir. Itu semua berkat saya Muhammad.

Kebohongan itu berasal dari saya, saya adalah makhluk yang berbohong pertama kali. Orang yang berbohong adalah temanku. Barangsiapa yg bersumpah atas nama Allah dengan berbohong maka ia kekasihku. Menggunjing dan mengadu domba adalah buah santapan dan kesukaanku. Kesaksian dusta adalah penyejuk mataku. Barangsiapa bersumpah dengan menceraikan istri’a (talak) maka hamper tidak akan bisa selamat, sekalipun hanya sekali. Andaikan itu benar, yg karena’a orang membiasakan lidah’a mengucapkan kata-kata tersebut, istri’a adalah haram bagi’a. kemudian dari pasangan itu menghasilkan keturunan haram. Sehingga semua’a masuk neraka gara-gara satu ucapan.

Wahai Muhammad, sesungguh’a diantara ummatmu ada orang yg menunda-nunda waktu shalat’a, ketika ia hendak menjalankan shalat maka saya selalu berada pada’a dan mengganggu’a, “Masih ada waktu, teruskan engkau sibuk dengan urusan dan pekerjaan yg engkau lakukan,’ sehingga ia menunda shalat’a, dan kemudian shalat diluar waktu’a. Akibat’a ia akan memikul dosa’a kelak. Kalau saya kalah, maka saya akan mengirim kepada’a salah seorang dari syetan-syetan manusia yg akan menibukkan’a. kalau saya masih kalah juga, maka saya diamkan sampai ia melakukan shalat. Ketika dalam shalat’a saya berkata meliriklah ke kanan dan ke kiri, akhir’a ia melirik. Maka pada saat itu wajah’a saya usap dengan tangan saya.

Wahai Muhammad engkau tahu kalau seseorang banyak melirik dalam shalat’a akan menanggung dosa’a. kalau dalam sholat ia mampu mengalahkan saya, sementara ia sholat sendirian, maka saya akan buat ia tergesa-gesa. Ia seperti ayam yg sedang makan, begitu tergesa-gesa. Kalau dalam sholat berjamaah, ia akan saya buat mendahului imam karena kepala’a saya tarik. Jika saya masih kalah juga, maka saya perintahkan meremas jemari’a sehingga bersuara, sesungguh’a ia termasuk orang yg bertasbih kpdku. Kalau ia masih mempan juga, maka saya tiup hidung’a sehingga dia menguap, saat itulah anak-anak saya masuk, dan ia makin rakus akan dunia dan berbagai perangkap’a.

Bagaimana ummatmu bisa bahagia wahai Muhammad, sedangkan saya memerintahkan orang miskin untuk tidak shalat, dan saya berkata kpd’a “shalat hanya kewajiban orang-orang yg diberi nikmat.’ Kemudian untuk orang sakit, akan saya buat ia terlena dengan salah satu ayat Allah,” ………. dan tidak apa-apa bagi seorang yg sakit” (An-Nur : 61)”, padahal tidak apa-apa disini menyangkut tata cara normal’a, bukan tidak apa-apa untuk meninggalkan shalat, sehingga ia merasa aman ketika meninggalkan shalat, padahal jika ia mati saat itu juga, ia termasuk orang yg kafir dan Allah sungguh akan memurkai’a.

Bagaimana engkau merasa bahagia atas ummatmu wahai Muhammad, sedangkan saya bisa memurtadkan seperenam ummatmu ?”

Kemudian Rasulullah saw meneruskan pertanyaan, “Wahai makhluk terkutuk, siapa teman dudukmu ?”

“Orang yg suka makan riba”

“Lalu siapa teman dekatmu ?”

“Orang yg berzina”

“Siapa teman tidurmu ?”

“Orang yg mabuk”

“Siapa tamumu ?”

“Pencuri”

“Siapa utusanmu ?”

“Dukun / tukang sihir”

“Apa yg menyenangkan pandangan matamu ?”

“Orang yg bersumpah dengan talak”

“Siapa kekasihmu ?”

“Orang yg meninggalkan sholat jum’at”

“Wahai makhluk terkutuk, apa yg menyebabkan punggungmu patah ?”

“Suara ringkik kuda untuk berperang di jalan Allah”

“Apa yg menyebabkan tubuhmu meleleh ?”

“Tobat’a orang yg bertobat”

“Apa yg membuat hatimu panas ?”

“Orang yg beristighfar kpda Allah, baik siang maupun malam”

“Apa yg membuatmu merasa malu dan hina ?”

“Sedekah secara rahasia”

“Apa yg menyebabkan matamu buta ?”

“Sholat sunnah sebelum shubuh”

“Apa yg dapat membuat pecah kepalamu ?”

“Shalat berjamaah”

“Siapa orang yg bisa membahagiakanmu ?”

“Orang yg meninggalkan sholat”

“Siapa orang yg celaka menurut engkau ?”

“Orang yg dermawan atas nama Allah”

“Apa yg menyita pekerjaanmu ?”

“Majelis Ta’lim”

“Bagaimana engkau makan ?”

“Dengan tangan kiri dan jemariku”

“Dimana engkau berteduh ketika panas ?”

“Di bawah kuku manusia”

“Berapa kebutuhan yg pernah engkau minta kpda Allah ?”

“Sepuluh macam”

“Apa saja itu wahai makhluk terkutuk ?”

“Saya meminta agar say bisa berserikat dengan anak cucu Adam dalam harta dan kekayaan dan anak-anak mereka. Akhir’a Allah mengizinkanku berserikat dalam kelompok mereka. “Dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan berilah janji mereka. Dan tidak ada yg di janjikan kpda mereka melainkan tipuan belaka.” (Al-Isra’:64).

Setiap harta yg tidak dikeluarkan zakat’a, maka saya akan ikut memakan’a. saya juga ikut memakan makanan yg bercampur riba dan haram serta segala macam harta yg tidak dimohonkan perlindungan kpda Allah dari saya yg terkutuk. Setiap orang yg tidak memohon perlindungan kpda Allah dari syetan ketika bersetubuh dengan istri’a, maka saya akan ikut bersetubuh. Akhir’a melahirkan anak yg mendengarkan dan taat kpda saya. Begitu juga orang yg naik kendaraan dengan maksud mencari penghasilan yg tidak dihalalkan, maka saya adalah teman’a. “Dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yg berjalan kaki” (Al-Isra’:64).

Saya mohon kepada-Nya agar saya punya rumah, maka kamar mandi adalah rumahku.
Saya mohon agar saya punya mesjid, akhir’a pasar adalah mesjidku.
Saya mohon agar saya punya Al-qur’an, maka syair adalah Qur’anku.
Saya mohon agar saya punya adzan, maka terompet adalah adzanku.
Saya mohon agar saya punya tempat tidur, maka orang mabuk adalah tempat tidurku.
Saya mohon agar di beri teman-teman dekat, maka orang yg menginfakkan harta’a adlh teman dekatku. “Sesungguh’a pemboros-pemboros itu dalah saudara syetan dan syetan itu adalah yg sangat ingkar kpda Tuhan’a” (Al-Isra’:27.)

Rasulullah berkata kepada Iblis, “Andaikan tidak setiap apa yg engkau ucapkan itu didukung oleh ayat-ayat dari kitab Allah tentu aku tidak akan membenarkanmu”.

Lalu Iblis berkata lagi, “Wahai Muhammad, saya memohon agar saya bisa melihat anak cucu Adam tetapi mereka tidak melihatku. Kemudian Allah menjadikanku bisa mengalir melalui aliran darah mereka. Diriku bisa berjalan sesuai kehendakku kemana saja dengan cara apapun. Sesungguh’a orang yg mengikutiku lebih banyak dari orang yg mengikutimu.

Saya memiliki anak bernama Atamah (semoga Allah melakhnat’a) : Ia akan kencing dimata ummatmu sehingga mereka tertidur dan akhir’a meninggalkan sholat Isya’. Andaikan tidak karena’a tentu manusia tidak akan tidur lebih dahulu sebelum sholat Isya.
Saya juga punya anak yg bernama Mutaqadhi ( semoga Allah mengutuk’a) : Tugas’a membangkitkan keinginan ummatmu untuk memamerkan harta dan kelebihan’a, sehingga Allah akan membatalkan 99 dari 100 pahala.
Kemudian anak saya yg lain Kuhyal (semoga Allah mencelakakan’a) : Dimana ia bertugas mengusapi celak mata ummatmu ketika berada di majelis Ta’lim dan ketika sholat jum’at, sehingga dia tertidur dan tidak mendengarkan khathib sehingga hilanglah pahala’a.

Setiap kali ada perempuan yg keluar rumah, sesungguh’a ada ribuan pasukanku yg mengikuti’a, mereka ada yg duduk dipinggul’a, dibuah dada’a, dibibir’a, dikuku’a, dan dilain tempat yg membuat perempuan itu menarik secara dunia, sehingga dia menabur maksiat yg siap disantap oleh para pemuda. Lain hal’a dengan ummatmu yg berjilbab, tentu saya menggoda’a tidak lewat cara itu, karena tubuh’a yg tertutup sangat sulit buat saya kalau masih menerapkan cara itu.

Wahai Muhammad, sebenar’a saya tidak bisa menyesatkan sedikitpun, Akan tetapi saya hanya bisa mengganggu dan menghiasi, mengotori pikiran’a dan menjanjikan janji-janji palsu. Seandai’a saya memiliki kemampuan untuk menyesatkan, tentu saya tak akan membiarkan segelintir manusia dimuka bumi ini masih sempat mengucapkan syahadat. Tidak ada lagi orang yg sholat dan puasa.

Sebagaimana engkau wahai Muhammad, tidak berhak memberikan hidayah sedikitpun kpda siapapun. Akan tetapi tugasmu sama dengan tugasku yaitu mengajak. Engkau adalah utusan dan penyampai amanat dari Allah. Andaikan engkau mempunyai kemampuan untuk member hidayah, tentu engkau tidak akan segelintir kafir pun dimuka bumi ini. Engkau hanyalah sebagaimana argumentasi (hujjah) Allah terhadap makhluk’a. Sementara saya hanyalah menjadi sebab celaka’a orang.”

Lantas Rasulullah saw berkata kepada Iblis, “Wahai Abu Murrah (Iblis), apakah engkau masih ingin bertaubat dan kembali kpda Allah, sementara saya akan menjaminmu masuk syurga.”

“Iblis menjawab, “Wahai Rasulullah, ketentuan ada’a aku adalah untuk mempertegas adanya engkau, begitu juga sebalik’a. Itulah hukum yg ditetapkan Allah swt dan aku MENIKMATINYA. Ketentuan telah memutuskan dan qalam pun telah kering dengan apa yg terjadi seperti ini hingga hari kiamat nanti. Maka maha suci Allah yg telah menjadikan engkau sebagai Tuan para Nabi dan Khathib para penduduk syurga. Sementara diriku dijadikan Tuan orang-orang yg celaka dan khathib para penduduk neraka. Saya adalah makhluk celaka dan terusir. Ini adalah akhir dari apa yg saya beritahukan kpda engkau, dan saya mengatakan yg sejujur’a.”

# Semoga kisah ini lebih membuka mata hati kita akan musuh kita. Allah maha mengetahui #